Suatu ketika di Perang Salib, seorang petinggi kaum Palangis (pasukan nasrani) tertangkap oleh pejuang-pejuang penegak agama Allah dan ditawan. Sang petinggi ini diperlakukan sangat baik selama ditawan. Ada satu hal yang membuatnya berpikir. Setiap malam ia memperhatikan sang penjaga berlinangan air mata saat membaca kitab sucinya. Ia tak habis pikir bagaimana seorang yang begitu perkasa dia siang hari di medan tempur dapat menangis sedemikian rupa di malam hari ketika membaca Al-Qur'an.
Akhirnya ia sampai kepada kesimpulan bahwa disitulah letak kekuatan kaum muslimin. Selama beberapa pertempuran fisik mereka tidak berhasil mengalahkan kaum muslimin, ternyata ada suatu sumber kekuatan yang Maha Dahsyat yang meberikan motivasi yang begitu kuat bagi kaum muslimin. Ia lalu mengirim surat kepada pasukannya yang mengabarkan bahwa jika ingin mengalahkan kaum muslimin tidak dapat secara fisik tetapi mereka harus dijauhkan terlebih dahulu dari kitab sucinya. Dan memang kemenangan mereka dapatkan setelah umat Islam jauh dari Al-Qur'an.
Sementara itu tujuh abad kemudian, Samuel Zuaimir ketua Asosiasi Agen Yahudi pada sebuah konferensi di Yerussalem dalam pidatonya mengatakan "Tujuan misi yang telah diperjuangkan bangsa Yahudi dengan mengirim saudara ke Negara-negara Islam, bukanlah mengharapkan kaum muslimin beralih ke agama Yahudi, tetapi tugasmu adalah mengeluarkan mereka dari Islam dan tidak berpikir mempertahankan agama Allah atau berdialog dengan-Nya."
Selain itu pada tahun 1933, dalam suatu konferensi misionaris di Al Quds, Zweimer berkata, "Sesungguhnya tugas kalian ialah mengeluarkan kaum muslimin dari agamanya supaya mereka menjadi makhluk yang tidak ada hubungannya dengan Allah. Dengan sendirinya dia akan menjadi seorang yang tidak merasa terikat dengan akhlak yang selama ini menjadi landasan hidup semua umat. Karena itu, kalian kami tugaskan untuk mengeluarkan si muslim dari Islam. Dengan sendirinya generasi muslim berikutnya akan sesuai dengan apa yang dikehendaki kaum penjajah, tidak mengindahkan masalah-masalah besar, senang bersantai-santai, dan tertarik kepada dunia serta hidup dalam pemuasan nafsu dari pada akhirnya mereka rela mengorbankan miliknya yang paling berharga."
Zweimer selanjutnya berkata, "Sejak tahun 1882 politik penjajah telah menguasai kurikulum pengajaran di sekolah-sekolah dasar dengan menghapus pengajaran Al-Qur'an dan sejarah Islam. Dengan demikian ia telah menciptakan suatu generasi yang bukan Muslim, bukan Nasrani, dan bukan Yahudi, yakni generasi yang labil, materialistis, tidak percaya aqidah, tidak tahu kewajibannya kepada agama, dan tidak memuliakan tanah airnya."
"Orang-orang yahudi dan nasrani tidak akan pernah senang kepadamu hingga
kamu mengikuti mereka. Katakanlah sesungguhnya petunjuk Allah itulah
petunjuk yang benar. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka
setelah datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan
penolong bagimu." (TQS. Al Baqarah : 120)
Kita menghendaki kebangkitan yang benar dan berdiri di atas pencampakan semua akidah, pemikiran atau sistem yang tidak terpancar dari Islam. Kita pun menghendaki kebangkitan yang tegak di atas pelepasan segala hal yang menyalahi Islam sejak dari akarnya. Semua itu tidak akan pernah tercapai, kecuali dengan melanjutkan kehidupan Islam dan mengubah negeri dari dar al-kufr menjadi Dar al-Islam.
BalasHapus